Tag Archives: mscv

Perjalanan & Pengalaman di Eropa #4

Hmm, cerita apa ya ? Bagaimana kalau cerita mengenai la fete. La fete adalah bahasa prancisnya pesta. Ya disini, mahasiswa internasional (mscv student) biasanya membuat pesta setiap minggunya, entah kenapa setiap minggu, mungkin untuk menghilangkan sejenak kepenatan di dalam pikiran. Pesta pertama diadakan di kediaman sai, sama-sama di acacias, tapi sai berada di apartemen, sedangkan saya di chambre (kamar). Pesta pertama ini merupakan pesta pembukaan, adapun sai berencana membuat ayam tanduri khas India. Kami sekelas pun patungan untuk membeli persiapan pesta, ada yang membeli snack, minuman, ayam dan yang ngga mungkin dilewatkan adalah minumal beralkohol seperti wine dan bir !

Pukul 7 sore kami sudah sampai di kediaman sai, namun ayam belum siap, ya Allah, perut saya sudah lapar hahahaha. Setelah ayam tanduri siap untuk dieksekusi, kami pun dengan beringas memakan ayam itu, tapi ternyata cuma orang Indonesia yang paling lahap makannya, kenapa ? karena ayam tanduri sangat pedas dan cuma orang Indonesia yang bisa tahan makan makanan pedas :D.

Tips #1 : Jika anda maniak pedas, jangan lupa membawa sambal sendiri.

DSC00300

DSC00301

DSC00302

DSC00303

DSC00304

DSC00305

DSC00306

DSC00307

DSC00308

Biasanya sebelum pesta mulai, biasanya kita main games dahulu, kebetulan tempatnya sai persis di depan tempatnya juan, dan juan mempunyai XBOX. Pada saat itu saya mencoba bermain FIFA 2013 melawan musaab (sayang sekali musaab keluar dari program mscv 😦 ) dan saya menelan pil pahit.

Tips #2 : Berlatihlah games tertentu sehingga anda tidak malu ketika bermain games.

Setelah ayam tanduri habis, beberapa teman mencoba menghisap semacam sisha, tapi bukan sisha, entah apa namanya. Saya hanya melihat-lihat saja karena saya bukan perokok jadi tidak tahu dan tidak mau merokok :). Sayangnya ada yang membuat ketidaknyamanan pesta, yaitu ada anjingnya liga, saya bukan takut kepada anjing, tapi takut terkena liur anjingnya itu loh hiiiiii…..

Dengan kaitkata , , , ,

Perjalanan & Pengalaman di Eropa #1

Syukur alhamdulillah, saya akhirnya bisa menginjakkan kaki di benua eropa !

Kenapa saya bisa ada di eropa ? karena saya harus melanjutkan studi selanjutnya yaitu kuliah S2 master computer vision & robotic di Universite de Bourgoge, Prancis. Sangat beruntung rasanya, mendapatkan beasiswa penuh untuk kuliah di Prancis, walaupun jalan yang ditempuh sangat-sangat terjal dan penuh tensi dan tantangan !

Di bagian #1 ini, saya akan menceritakan perjalanan saya dari Indonesia sampai di kota Le Cruesot…

Tanggal 10 september 2013, saya dan keluarga sampai di bandara Sukarno-Hatta, Tangerang. Dalam perjalanan agak khawatir karena sempat tersendat di tol dalam kota, tapi alhamdulillah sampai di bandara tidak terlambat. Sampai di bandara kira-kira pukul 5 sore, sedangkan boarding pesawat pukul 6 sore. Perut kondisi lapar, mungkin karena nyetir mobil jadi laper hehehe :), akhirnya makan di hoka-hoka bento yang harganya murah meriah.

Dalam kondisi makan, mama bilang jangan lupa untuk pamitan ke pakde dan bude, oke, sayapun sibuk menelepon pakde dan bude untuk pamit, dan yang paling penting adalah pamitan ke pak made, pak eri, pak misdi dan pak remi, karena beliau-beliau lah saya berkesempatan bisa kuliah di eropa. Setelah makan dan pamitan, saatnya foto-foto sebelum berangkat 🙂

DSC00104

DSC00108

DSC00118

DSC00121

Jujur, ini adalah pengalaman saya pergi naik pesawat melalui bandara, lah kok ? Iya, dulu saya pernah naik pesawat tapi melalui bandara halim perdana kusumah dalam rangkan HUT TNI. Di sini saya benar-benar tidak tahu gimana sih prosedur kalau lewat jalur resmi hehehe. Oke, setelah pamitan, saya dengan pede masuk ke terminal, seperti biasa tas dan badan di pindai, kemudian berjalan ke counter turkish alirlines, nah di sini muncul masalah ! bagasi saya mencapai 33 kilo, masalahnya adalah ternyata saya hanya mendapat jatah 20 kilo, kok teledor ? Jadi masalahnya itu di tiket yang saya cetak, tidak ada keterangan yang jelas mengenai jatah bagasi, dan saya mencari info di situs website resmi turkish airlines bahwa jatah bagasi adalah 30 kilo. Oke, saya panik, akhirnya saya keluar lagi dan bongkar bagasi. Ini adalah momen yang sangat membuat gelisah, karena harus menyortir barang-barang yang tidak jadi dibawa pergi, oh God. Setelah merasa bagasi hanya mencapai 20 kilo, saya kembali masuk ke counter dan alhamdulillah semua oke, saya pun berjalan ke arah imigrasi.

Tips #1 : Pastikan berapa jumlah jatah bagasi.

Sebenarnya ketika sampai bandara, saya ingin berbarengan dengan farhat, siapa farhat ? farhat adalah teman saya yang juga ingin ke prancis, seharusnya juga ada dea, tapi karena ada masalah visa, kami bertiga tidak bisa berangkat bersama. Ok, mungkin farhat sudah ada ruang tunggu, sebelum saya masuk ke bagian imigrasi, saya lihat dulu penumpang lain ketika melewati imigrasi, malu dong kalau salah jalur hehehehe. Dengan pede saya menuju salah satu jalur di imigrasi, saya berikan paspor dan mba-mbanya membaca dengan detil paspor saya dengan seksama, sepertinya data saya di cocokkan dengan basis data keimigrasian dan visa prancis saya juga diperiksa, mba-mba imigrasi berbicara kepada saya “Hmm mau kuliah di Prancis ya, semoga sukses ya Mas “, saya jawab “Iya Mbak, terima kasih…” Saya pun pergi ke gate yang ditentukan, sambil mencari farhat, saya pikir farhat sudah ada di dalam pesawat. Sampai di gate, di pindai ulang lagi, ini merupakan bagian yang kurang nyaman karena harus melepas semua barang yang melekat di tubuh yang mengandung metal.

Tips #2 : Tidak perlu mengenakan barang yang mengandung metal.

Oh pasawatnya sudah tiba, saya pun masuk ke dalam pesawat, dan bertanya kepada pramugari bule dimana tempat duduk saya, taraaa… pesawatnya masih sepi, dan tidak ada farhat, dimanakah farhat ? Setelah 10 menit di dalam pesawat, akhirnya farhat tiba, aneh,padahal farhat tiba duluan di bandara dan masuk ke terminal duluan tapi saya tidak bertemu di bandara, tapi masuk ke pasawat belakangan.

DSC00124

DSC00126

DSC00128Norak, itu mungkin satu kata yang mewakili kondisi saya saat itu, bahasa halusnya sih terkagum-kagum 😀 perjalanan pertama saya adalah ke singapura, kok singapura ? katanya mau ke prancis ? iya, pesawat saya transit dulu di changi airport. Kata orang-orang, bagian yang “mengerikan” adalah take-off dan landing, ketika take-off saya sudah siap-siap geli, eh ternyata tidak sama sekali ! Dengan kondisi pesawat yang sepi penumpang, ini rasanya seperti pakai pesawat pribadi, karena lumayan lama juga ke singapura, saya asyik main display dan nonton movie.

Sampai di singapura, kami disuruh turun pesawat, lagi-lagi pindai (scanner) badan dan barang bawaan, antriannya panjang pula, eh baru duduk 5 menit, baru mau nyalain laptop untuk mencari sinyal wifi, kami di suruh masuk pesawat, sungguh hal yang menyebalkan ! sampai di dalam pesawat, langsung penuh sesak ! wah ini sudah tidak menjadi pesawat pribadi (ya iyalah). Beruntung di sebelah kanan saya persis adalah mba-mba chinese-indo yang cantk jelita 🙂 yap, lumayan lah untuk menemani perjalanan selanjutnya ke turki, kok  turki ? iya, setelah transit di singapura, selanjutnya transit di istanbul turki untuk berganti pesawat ke paris prancis. Sepertinya mba-mba sebelah saya terlihat cape, ketika pramugari membagikan makanan dan minuman, mba-mba sebelah saya masih tidur, mau saya bangunkan takut dia marah dan mencium pipi saya (loh !). FYI, makanan di dalam pesawat rasanya aneh, ya ini mungkin saya hanya terbiasa makan masakan Indonesia, apalagi masakan padang di salemba bluntas hehehe 🙂 Ada pengalaman “mengerikan”, yaitu ketika pramugari memberikan makanan malam, seketika pesawat naik turun dan oleh kanan-kiri, ya saya panik dan merasakan geli yang sangat dahsyat, beberapa penumpang juga ada yang teriak, wah saya langsung baca-baca (istigfar) dan dalam tempo beberapa menit, pesawat normal kembali dan pilot meminta maaf atas insiden yang terjadi, ada apa ya kira kira ?

Tips #3 : Jangan panik di dalam pesawat yang sedang terbang.

Hal unik lainnya yaitu ketika di dalam toilet, ketika selesai BAK (buang air kecil), saya bingung gimana caranya siram, oke, saya flush, kaget ternyata sistemnya vakum ! hahaha norak ya, ya namanya juga pertama kali naik pesawat normal. Perjalanan ke istanbul sangat membosankan, saya ngantuk tapi butuh sandaran yang empuk-empuk, saya melirik ke mba-mba sebelah saya dan membayangkan ada sandaran yang “empuk-empuk” (#ngaco). Untuk membunuh kebosanan ya akhirnya nonton movies, eh kebetulan pramugari memberikan snack dan minuman, pas lah saya lagi butuh camilan.

DSC00130

DSC00132

Akhirnya sampai juga di Istanbul, Turki. Saya dan farhat turun dari pesawat, dan bergegas ke toilet :). Disini  kami berdua bingung, gate nya ada dimana ? masalahnya di boarding pass transit di istanbul tidak ada keterangan gate berapa. Ok dengan pede kami pun mengikuti orang banyak, dan menguping pembicaraan orang lain, dan petugas, ya kami harus di pindai lagi untuk dapat berpindah ke pesawat yang ke paris. Sebenarnya saya ingin foto-foto di lounge bandara istanbul, tapi waktunya mepet sekali, dan kami bergegas menuju gate turkish airline yang ke paris, disini paspor dan visa saya di cek dengan teliti, saya sempat was-was karena visa saya diraba-raba dengan dilihat dengan alat semacam mikroskop, apakah mengandung bakteri atau tidak ! (#ngaco). Wah saya dapat tempat duduk di dekat jendela ! tapi sayangnya sebelah kanan saya bukan mba-mba yang cantik jelita dan harum, tapi bapak-bapak yang agak bau 😦 Oke ngga masalah, yang penting bisa foto-foto pemadangan, yeay…

DSC00135

DSC00136

DSC00137

DSC00138

DSC00141

DSC00146

DSC00150

DSC00153

Melalui display, kita bisa melihat posisi pesawat terbang, pastinya pakai GPS. Tidak terlalu lama akhirnya sampai di Paris Charles de Gaulle ! yuhu… Lagi-lagi kami berhadapan dengan petugas imigrasi, disini saya agak khawatir karena saya tidak bisa berbahasa prancis dengan fasih. Setelah mengantri di jalur imigrasi, saya dengan pede memberikan paspor saya, dan petugas langsung mengecap paspor saya tanpa mengucap sepatah katapun, saya pun mengucapkan merci sambil menerima paspor.

DSC00159

DSC00160

DSC00161

DSC00162

DSC00163

DSC00164

Ada kejadian jadi, lagi-lagi insiden, ketika kami berada di eskalator, tiba-tiba ada suara gaduh dibelakang saya, ada bapak-bapak terjatuh di eskalator, penyebabnya apa saya ngga tahu, orang-orang di eskalator panik ! saya juga ikutan panik ! karena saya dan farhat orang yang paling atas di eskalator dan kebetulan sudah mau sampai ke tujuan, saya berinisiatif untuk mengangkat bapak-bapak itu karena takut terjepit. Dengan keberanian dan kekuatan penuh, saya membantu mengangkat bapak-bapak itu, dan banyak orang berbicara kepada saya termasuk petugas bandara, karena saya ngga ngerti mereka bicara apa, saya pergi ngeloyor aja (maaf ya pak).

Setelah itu kami ingin mengambil bagasi, setelah bagasi dapat temukan,kami mencoba menghubungi pak Musa, siapa pak Musa ? pak Musa adalah dosen UG yang sedang S3 di prancis. Lagi-lagi masalah timbul, ternyata ada miss komunikasi antara pak Musa dan saya, astaga, rasanya seperti disambar petir. Ditambah lagi akses internet gratis hanya 15 menit, gimana cara berkomunikasi ? akhirnya kami mencari telepon umum, beruntung kami mempunyai uang logam dari pak Made Wiryana (thanks banget pak !) tapi masalahnya gimana cara pakai telepon umum ? instruksinya pakai bahasa prancis, pula dengan segala kemampuan saya mencoba memakai telepon itu, namun gagal ! Ah rasanya susah diungkapkan, tetiba datang peri/malaikat yang baik hati, ada mba-mba yang menawarkan handphonenya untuk dipakai dan dia berbahasa Inggris ! Ya Allah terima kasih atas pertolonganMu ! Akhirnya saya dapat menelepon pak Musa dan ada jalan keluar, temannya yang tinggal di Paris akan menjemput kami di bandara dan mengantar ke stasiun untuk ke Dijon, tempat tinggal pak Musa. Mba-mba ini sungguh baik hati, selain meminjamkan hp, dia juga menawarkan makanan. Agak lama juga kami berbincang dengan keterbatasan bahasa inggris kami yang amburadul, ya maklum terbiasa berbahasa Indonesia. Mba-mba ini namanya Adarana Davi, cantik deh orangnya hehehe 🙂 mba Davi ini orang Brazil yang katanya pindah ke Prancis, tinggal di Nantes. Thank you so much Adarana Davi helping us ! (mudah-mudahan dia baca blog saya ini 🙂 ) Ngga tau kalau ngga ada mba Davi nasih kami gimana…

Tips #4 : Pastikan siapa, dimana dan kapan yang akan menjemput kamu, bersiaplah untuk kondisi terburuk.

Tips #5 : Siapkan uang receh/koin.

Setelah kira-kira 2 jam menunggu, akhirnya muncul pak Rahmat, wah rasanya lega sekali bertemu beliau, dengan sigap beliau membantu kami untuk segera ke statiun Gare de Lyon. Ternyata tidak sulit, dari terminal 1 CDG kami menggunakan shutlle train untuk stasiun kereta CDG, dari stasiun itu kami menggunakan RER untuk mencapai Gare de Lyon, dan tidak terlalu banyak transit.

DSC00166

DSC00167

DSC00168

DSC00170 DSC00171

Tips #6 : Jika tips #4 gagal, siapkan rencana cadangan, yaitu bagaimana kamu bisa mencapai tujuan.

Tips #7 : Di Prancis, terutama di kota-kota besar, contohnya Paris, hati-hati banyak copet.

Setelah sampai Gare de Lyon, akhirnya kami berpisah dengan pak Rahmat, FYI, pak Rahmat ketika menjemput kami, beliau adalah ketua PPI (Persatuan Pelajar Indonesia) Paris, wah sebuah kehormatan !

Penasaran gimana cerita selanjutnya ? baca di Perjalanan & Pengalaman di Eropa #2 ya !

Dengan kaitkata , , , , , , , , , , , , , , , ,